Ajari Anak Autis Berenang
TIDAK
mudah mengajarkan sesuatu pada anak-anak yang memiliki kelainan mental
atau autis. Seperti renang misalnya. Karena olahraga iniakan memberi
stimulus otak yang bagus.
Bukan hanya anak normal yang bisa
mendapatkan kesenangan. Seperti bermain dan berenang. Anak autis pun
bisa melakukannya. Dengan ketelatenan orang tua, anak bisa berkembang
dengan baik, termasuk bisa berenang di kolam renang umum atau water boom.
Banyak alasan yang baik untuk membawa anak-anak berenang sedini
mungkin. Makin muda mereka makin mudah untuk belajar berenang. Berenang
merupakan olahraga all round yang baik sekali. Membantu mengembangkan pengendalian pernapasan dan dapat sangat menyantaikan.
Berenang merupakan sesuatu kegiatan yang dapat bersama-sama dinikmati
oleh keluarga dan sering merupakan cara yang baik untuk mempertemukan
anak dengan orang tua.
Umumnya anak kecil berhasil paling baik
jika diperkenalkan ke air oleh ibu atau bapaknya. Jika kita sendiri
merasa cemas terhadap air, cobalah pergi bersama seorang dewasa yang
lebih percaya diri.
Pergilah ke kolam renang anak-anak yang
dangkal. Sasaran umumnya adalah membuat anak menikmati berada di dalam
air dan bergerak bebas mundur, maju, dan ke samping, tengadah,
telungkup, kalau mungkin dengan pelampung.
Jagalah agar tiap
kegiatan berjalan singkat. Anak akan belajar lebih banyak dalam
kunjungan singkat tetapi sering daripada kunjungan yang lama tetapi
hanya kadang-kadang. Hal yang perlu dilakukan untuk mengembangkan
percaya diri terhadap air pada anak-anak dengan keterbelakangan mental
ini adalah, pada kunjungan pertama, ajaklah anak untuk berjalan-jalan
tanpa benar-benar berenang.
"Ini akan memberinya peluang untuk
anak agar menyaksikan apa yang akan terjadi dan membiasakan diri dengan
suasana, kebisingan dan tempat yang baru. Itu akan membuat anak-anak
merasanya punya kesempatan untuk beradaptasi." kata Psikolog Anak alumni
Universitar Indonesia (UI), Dr Savitri Yulia, dihubungi beberapa waktu
lalu.
Tidak sampai di situ saja, Yulia juga menyarankan
anak-anak melihat kamar ganti, loker dan membahas apa yang akan
dilakukan pada kunjungan berikutnya. Jika waktu kunjungan berikutnya
hal-hal yang harus dilakukan di dalam air menurut Yulia adalah, pegang
anak dekat-dekat dan naik turunkan anak dengan lembut ke dalam air.
Secara bertahap dan perlahan, hingga kakinya basah. Perkenalkan anak di
kolam dangkal terlebih dulu agar anak bisa duduk, merangkak atau sekedar
berjalan maju mundur hingga bahunya basah.
Nantinya sesampai
di kolam sedalam satu meter atau lebih, usahakan agar wajah orang tua
dan wajah anak sama tinggi. "Pegangi tubuhnya di ketiaknya. Perlahan
basahi kepalanya dan wajahnya. Lalu alihkan ke bawah dada dan
pinggulnya, posisi anak tetap telungkup. Ini akan mampu membantu
menenangkan anak," katanya.
Jika terasa anak sudah mulai
tenang, usahakan agar tangan dan kakinya bisa bergerak di dalam air
dengan menendang kaki dan mengayuhkan lengan. Lihat terus, apakah anak
menikmatinya. Kalau bisa teruskan dengan memberinya semangat untuk
menghembuskan air perlahan-lahan ketika menenggelamkan wajahnya dalam
air. Kalau perlu dan memungkinkan, pakailah ban pelampung berbentuk
lingkaran atau gelang lengan untuk keamanan. Kadangkala membawa mainan
seperti bola atau perahu-perahuan akan membantu anak lebih tenang.
"Tenangkan anak jika mereka merasa panik, atau segera keluar dari kolam
jika anak mulai gelisah dan berteriak. Tenangkan mereka dan cobalah
kembali proses mengenalkan kolam pada anak," kata psikolog berjilbab
tersebut.
Terapi lumba-lumba
Bila si kecil penderita
autis sudah hobi berenang, mungkin Anda bisa mengajaknya untuk melakukan
terapi lumba-lumba. Sebuah terapi yang disinyalir sangat bermanfaat
untuk si autis. Selama berabad-abad, dolphin dikenal sebagai mahluk yang
cerdas dan baik hati. Cerita mengenai kepahlawanan mereka menolong
perenang-perenang yang kecapaian sudah ada sejak zaman dahulu.
Para dokter saat ini mencoba memakai dolphin untuk terapi bagi anak
dengan kebutuhan khusus. Anak-anak ini suka berada dalam air yang
hangat, menyentuh tubuh dolphin dan mendengar suara-suara yang
dikeluarkan oleh dolphin-dolphin tersebut. Dalam 2 dekade terakhir ini
beberapa terapis dan psikolog berpendapat bahwa berenang dengan dolphin
mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan. Beberapa orang bahkan percaya
bahwa getaran dolphin dapat menyembuhkan sel manusia.
Para
dokter di Dolphin-Human Therapy Center percaya bahwa mahluk yang sangat
cerdas ini dapat membantu anak-anak dengan berbagai gangguan saraf,
bahkan anak dengan sindroma down
dan autisme. Getaran sonar dolphin yang unik dapat mengindentifikasi
gangguan saraf pada manusia, lalu menenangkannya sehingga lebih mudah
bisa menerima pelajaran dan penyembuhan. Namun banyak pula para ilmuwan
yang berpendapat bahwa anak-anak hanya menyukai bersentuhan dengan
dolphin, dan berenang dengan dolphin hanya merupakan suatu rekreasi
saja.
Sebuah penelitian dilakukan di Dolphin-Human Therapy
Center di Key Largo, Florida. David Cole, seorang ilmuwan dalam bidang
neurology menciptakan alat khusus untuk mengukur effek dari dolphin pada
otak manusia. Cole mendapatkan bahwa ada suatu perubahan bila manusia
berinteraksi dengan dolphin. Setelah berinteraksi dengan dolphin
didapatkan bahwa anak-anak tersebut menjadi lebih tenang. Banyak
peneliti berpendapat bahwa relaksasi inilah yang merupakan penyebab
keberhasilan terapi lumba-lumba. Menurut beberapa peneliti, relaksasi
merangsang sistem kekebalan tubuh.
No comments:
Post a Comment